Nyetir Boeing 787

by [email protected]

Dengan langkah ragu, saya memasuki ruang kokpit Boeing 787. Dua penerbang senior dengan pengalaman puluhan ribu jam terbang menyambut saya dengan senyum ramah. Mereka sepertinya ingin mengusir perasaan gugup sekaligus membangkitkan kepercayaan diri saya. Tapi saya tetap gugup dan masih belum percaya diri.

Memang ini bukan pertama kali saya masuk ruang kemudi pesawat. Pengalaman pertama ketika saya menumpang maskapai penerbangan komersil dari Ambon ke Ternate tahun 2015. Sebelum mendarat pilot meminta saya masuk ke kokpit agar bisa memotret Gunungapi Gamalama yang sedang menyembur api bercampur material vulkanis lainnya.

Dua penerbang berkebangsaan AS tadi minta saya duduk di bangku pilot sambil menjelaskan fungsi alat-alat itu. Banyak instruksi tdk saya pahami. Diucapkan dalam bahasa Inggris-Amerika dengan sangat cepat seperti orang sementara kumur-kumur. Mirip cara bicara Sylvester Stallone, pemeran utama dalam serial Rambo. “Beta ancor sudah ini, ” ujar saya dalam hati.

Tangan ini hanya bisa pegang dayung perahu, kemudi perahu motor, setir sepeda dayung, dan mentok-metok sepeda motor. Bersyukur saya kerja di Harian Kompas , makanya saya mau pegang setir pesawat ini sudah..Ya ampuuun..!!

Parahnya lagi, saat diajarkan mengenai instruksi kepada awak kabin, saya malah mengucapkan, “Flight attendant, please come to me.” Padahal seharusnya, “Flight attendant, landing position.” Hahaha.

Ini karena saking gugupnya saya, kendati hanya berupa simulator.. Hahaha.

Oleh: Frans Pati Herin

You may also like