Mengenal Bapak Melalui Kompas

by [email protected]

“Kenapa sih lo betah banget di Kompas?”

Pertanyaan yang pernah diajukan seorang sahabat dan selalu terngiang-ngiang di pikiranku. Ya memang ada banyak jawaban. Namun alasan yang paling kuat ialah yang pertama ikatan batin yang telah terjalin erat denganku sejak kecil sehingga diri ini kuabdikan kepada Harian Pagi Kompas dan yang kedua, inilah salah satu cara diriku menempuh perjalanan untuk lebih mengenal Bapak melalui tempat kerjanya juga selama lebih kurang 32 tahun.

Hingga tiba saatku menjadi karyawan di Kompas. Bapak juga selalu berkata dengan bangga, ia karyawan Kompas. Meski nyatanya selama pengabdian tidak melulu di Kompas. Itupun tidak banyak ia bercerita. Kontan, Corporate, terakhir Persda (sekarang Tribun Network) pernah menjadi tempat penugasannya. Jujur, bekerja keras, dan bersyukur selalu menjadi pesan bila kita berdua ada kesempatan mengobrol. “Sisihkan uang untuk beli koran. Selain untuk menghidupi para loper, juga untuk perusahaan.” “Bersyukur, bersyukur, bersyukur.” “Dek terima kasih sudah dibawakan telur-telur dari berkarya di Kompas. Dan banyak lagi lontaran kalimat-kalimat yang “berbau” kebiasaan Kompas antara kami berdua.

Dengan bahasan seputar Kompaslah, ku dapat meluangkan waktu lebih banyak mengobrol bersama dengannya. Semakin banyak ku mengenal Kompas, semakin banyaklah mengenal bapak, begitu juga sebaliknya.

Sehingga begitu dalam makna bagiku bahwa bekerja, berkarya, dan bersyukur di Kompas tidaklah lagi sebatas hubungan karyawan kepada perusahaan ataupun sebaliknya, namun menjadi wujud terima kasih atas karunia yang diberikan Allah melalui Kompas kepada Bapak dan keluarga hingga hari ini. Juga devosi yang kusyukuri dan kupegang teguh dalam doa-doa melalui karya-karyaku sampai saat ini. Sebentar lagi, Kompas memasuki umur yang ke-57. Sederhana doa dan harapanku semoga selalu senantiasa dinaungi berkat, rahmat dan berkah dalam perantaraan Allah Bapa menyertai perusahaan ini, kelompok usaha, dan seluruh karyawan yang berkarya di dalamnya.

Oleh: A. Bambang Trihantor& A. Prahasta Wibowo

You may also like